Ini dia penelitian ane.. :D
Pelabuhan Ketapang menghubungkan pulau Jawa dengan pelabuhan Gilimanuk di Bali. Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi dan merupakan penduduk mayoritas di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Masyarakat Banyuwangi yang masih memiliki budaya asli suku Using yakni Desa Kemiren, kecamatan Glagah, dan kabupaten Banyuwangi. Wilayah desa Kemiren termasuk dari daerah daratan yang banyak sumber-sumber air atau yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai belik
1.
LETAK GEOGRAFIS SUKU OSING
Suku
Using terletak di Jawa Timur dan kurang lebih menempati separuh dari wilayah
Banyuwangi. Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur di
Indonesia. Kabupaten ini terletak di wilayah ujung paling timur pulau Jawa.
Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Situbondo. Sebelah timur berbatasan
dengan selat Bali. Sebelah selatan berbatasan dengan samudra Hindia. Dan
sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Jember dan kabupaten Bondowoso.
Pelabuhan Ketapang menghubungkan pulau Jawa dengan pelabuhan Gilimanuk di Bali. Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi dan merupakan penduduk mayoritas di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Masyarakat Banyuwangi yang masih memiliki budaya asli suku Using yakni Desa Kemiren, kecamatan Glagah, dan kabupaten Banyuwangi. Wilayah desa Kemiren termasuk dari daerah daratan yang banyak sumber-sumber air atau yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai belik
2.
KEPENDUDUKAN SUKU OSING
Walaupun
menjadi etnis khas Banyuwangi, secara proporsi, penduduk suku Osing bukan
mayoritas di 24 kecamatan. Tidak ada data pasti yang menyebutkan berapa jumlah
suku Osing di Banyuwangi. Namun sebagai gambaran, jumlah warga Osing sekitar 20
% dari total populasi. Terbanyak Jawa ( 67 % ) dan sisanya Madura ( 12 % ) dan
suku lain ( 1 % ).
3.
SISTEM KEMASYARAKATAN SUKU OSING
Pola perkawinan.
Masyarakat suku Osing di Banyuwangi mempunyai tradisi perkawinan yang
terpengaruh gaya Jawa, Madura, Bali, bahkan pengaruh dari suku lain di luar
Jawa dalam hal gaun pengantinnya. Di lingkungan masyarakat suku Osing
Banyuwangi berlaku adat perkawinan dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
(1) tahap perkenalan; (2) tahap meminang; (3) tahap peresmian perkawinan.
Selain dari tahap-tahap tersebut, masyarakat suku Osing Banyuwangi juga
mengenal adat perkawinan yang cukup menarik, yaitu Adu Tumper dan Perang
Bangkat.
Sistem organisassi sosial. Suku Osing berbeda dengan suku Bali dalam hal stratifikasi sosial. Suku Osing tidak mengenal kasta seperti halnya suku Bali. Pola kekerabatan di masyarakat suku Osing adalah bilateral yang lebih mengararah pada patrilineal. Sistem lembaga masyarakat suku Osing antara lain kepala desa, sekretaris desa, LMD, kaur pemerintahan, kaur kesra, kaur pembangunan, dan kaur keuangan.
Sistem organisassi sosial. Suku Osing berbeda dengan suku Bali dalam hal stratifikasi sosial. Suku Osing tidak mengenal kasta seperti halnya suku Bali. Pola kekerabatan di masyarakat suku Osing adalah bilateral yang lebih mengararah pada patrilineal. Sistem lembaga masyarakat suku Osing antara lain kepala desa, sekretaris desa, LMD, kaur pemerintahan, kaur kesra, kaur pembangunan, dan kaur keuangan.
4.
MATA PENCAHARIAN SUKU OSING
Macam-macam mata
pencaharian masyarakat suku Osing yaitu dengan keadaan topografi daerah
Banyuwangi terutama desa Kemiren yang cukup tinggi maka macam-macam mata
pencaharian di masyarakat Kemiren adalah Pegawai Negeri, ABRI, Guru, Swasta,
Pedagang, Petani, Peternak, Pertukangan, Buruh Tani, Pensiunan, Nelayan,
Pemulung, Buruh Biasa, dan Buruh Jasa.
Macam-macam jenis hasil mata pencahariannya yaitu hasil pertanian yang terdiri dari atas padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kentang, tomat, bawang, kacang panjang, terong, timun, dan lain-lain. Selain itu juga terdapat hasil perkebunan yang terdiri atas kelapa, kopi, cengkeh, randu, mangga, durian, pisang, rambutan, pepaya, apokat, jeruk, dan blimbing. Dan ada terdapat juga hasil perindustrian yang terdiri atas tenunan, atau plismet, ukir-ukiran, dan kerajinan barang lainnya.
Dalam bermata pencaharian masyarakat suku Osing terdapat teknik-teknik dalam bermata pencaharian yaitu cara kerja yang dilakukan masyarakat suku Osing yaitu seperti dalam teknik pertanian yaitu membajak, dan pembasmian hama dan teknik dalam home industri yaitu menenun, dan mengukir.
Macam-macam jenis hasil mata pencahariannya yaitu hasil pertanian yang terdiri dari atas padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kentang, tomat, bawang, kacang panjang, terong, timun, dan lain-lain. Selain itu juga terdapat hasil perkebunan yang terdiri atas kelapa, kopi, cengkeh, randu, mangga, durian, pisang, rambutan, pepaya, apokat, jeruk, dan blimbing. Dan ada terdapat juga hasil perindustrian yang terdiri atas tenunan, atau plismet, ukir-ukiran, dan kerajinan barang lainnya.
Dalam bermata pencaharian masyarakat suku Osing terdapat teknik-teknik dalam bermata pencaharian yaitu cara kerja yang dilakukan masyarakat suku Osing yaitu seperti dalam teknik pertanian yaitu membajak, dan pembasmian hama dan teknik dalam home industri yaitu menenun, dan mengukir.
5.
SISTEM RELIGI SUKU OSING
Pada awal terbentuknya masyarakat Osing, kepercayaan pertama
suku Osing adalah ajaran Hindu-Budha seperti halnya Majapahit. Seiring dengan
berkembangnya kerajaan Islam di Pantura menyebabkan agama Islam menyebar dengan
cepat dikalangan suku Osing, sehingga pada saat ini agama masyarakat Osing
sebagian besar memeluk agama Islam. Selain agama Islam, masyarakat suku Osing
juga masih memegang kepercayaan lain seperti Saptadharma yaitu kepercayaan yang
kiblat sembayangnya berada di timur seperti orang Cina, Pamu (Purwo Ayu Mandi
Utomo) yaitu kepercayaan yang masih bernafaskan Islam. Sistem religi yang ada
di masyarakat Osing ada yang mengandung unsur Animisme, Dinamisme, dan
Monotheisme.
6.
BAHASA SUKU OSING
Bahasa asli suku Osing merupakan
turunan langsung dari bahasa Jawa kuno, namun dialek bahasa Osing berbeda
dengan bahasa Jawa. Bahasa Osing mengenal sisem ajaran yang khas yaitu
kata-kata yang didahului dengan konsonan (B, D, G) serta di beri sisipan (Y),
contohnya : abang menjadi abyang, abah menjadi abyah.
7.
KESENIAN
Suku Osing banyak
memiliki kesenian yang unik dan sarat akan magis. Kesenian suku Osing adalah
kesenian yang memiliki keaneragaman corak budaya, sebab dalam keseniannya suku
Osing banyak dipengaruhi oleh Bali, akan tetapi corak keseniannya juga
dipengaruhi oleh Madura dan Eropa. Kesenian suku Osing diantaranya adalah :
1. Tarian yaitu tari gandrung door, tari jejer dawuh, tari jejer gandrung, tari sumber wangi, tari padang wulan, tari jaran goyang, tari kunthulan, tari barong, tari seblang, tari jengger, tari jaran kecak.
2. Lagu daerah yaitu padang wulan, jejer gandrung, jaran ucul.
3. Seni musik dan instrumen musik yaitu angklung caruk, angklung paglak, karawitan, selentem, peking, gong, ketuk, kluncing, biola, sason, saron, gamelan Osing.
1. Tarian yaitu tari gandrung door, tari jejer dawuh, tari jejer gandrung, tari sumber wangi, tari padang wulan, tari jaran goyang, tari kunthulan, tari barong, tari seblang, tari jengger, tari jaran kecak.
2. Lagu daerah yaitu padang wulan, jejer gandrung, jaran ucul.
3. Seni musik dan instrumen musik yaitu angklung caruk, angklung paglak, karawitan, selentem, peking, gong, ketuk, kluncing, biola, sason, saron, gamelan Osing.
8.
SISTEM PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Pengetahuan tentang
alam sekitar (dongeng, legenda mitos), pengetahuan tentang flora, makanan khas,
obat-obatan.
Perlengkapan :
1. Perlengkapan berlindung :
· Jenis rumah dan bentuk rumah : tikel balung, baresan, serocokan.
· Bagian dan fungsi ruangan rumah : amperan, bale,/jerungan, pawon.
2. Perlengkapan alat mata pencaharian : teter, singkal, patuk sangkan, boding, atau parang, kilung.
3. Alat perlengkapan rumah tangga.
4. Alat perlengkapan dalam ritual keagamaan.
5. Alat transportasi meliputi mobil pick up yang digunakan untuk mengangkut barang-barang dan juga orang.
6. Senjata : pedang, keris, cundrik, tolop, tolop sengkop.
Perlengkapan :
1. Perlengkapan berlindung :
· Jenis rumah dan bentuk rumah : tikel balung, baresan, serocokan.
· Bagian dan fungsi ruangan rumah : amperan, bale,/jerungan, pawon.
2. Perlengkapan alat mata pencaharian : teter, singkal, patuk sangkan, boding, atau parang, kilung.
3. Alat perlengkapan rumah tangga.
4. Alat perlengkapan dalam ritual keagamaan.
5. Alat transportasi meliputi mobil pick up yang digunakan untuk mengangkut barang-barang dan juga orang.
6. Senjata : pedang, keris, cundrik, tolop, tolop sengkop.
9.
KONDISI SUKU OSING SAAT INI
Awalnya, upaya untuk
membangkitkan keosingan di Banyuwangi disambut gembira oleh masyarakat
setempat. Bahasa Osing yang awalnya hanya digunakan oleh komunitas Osing, mulai
banyak digunakan oleh masyarakat Banyuwangi lain. Hasan Ali, salah satu tokoh
Suku Osing sudah membuat kamus khusus bahasa yang karakter bahasanya dekat
dengan bahasa Jawa kuno dan bahasa Bali dengan pengucapan kata
"sing". Meskipun ada perbedaan mencolok dengan tidakadanya perbedaan
kata dalam kasta tertentu, seperti yang ada di bahasa Jawa dan Bali.
"Semakin banyak orang Banyuwangi yang menggunakan bahasa Osing, karakter Osing pun semakin kentara," kata Hasnan Singodimayan. Pagelaran-pagelaran seni rakyat Osing pun digelar sebagai pertunjukan resmi setiap acara nasional yang diadakan di Banyuwangi. Seperti diketahui, suku ini memiliki produk budaya yang sangat beragam.
"Semakin banyak orang Banyuwangi yang menggunakan bahasa Osing, karakter Osing pun semakin kentara," kata Hasnan Singodimayan. Pagelaran-pagelaran seni rakyat Osing pun digelar sebagai pertunjukan resmi setiap acara nasional yang diadakan di Banyuwangi. Seperti diketahui, suku ini memiliki produk budaya yang sangat beragam.
No comments:
Post a Comment