Monday, January 21, 2013

Cinta Biasa Part 3

Biasanya kalau pulang sekolah Haris pasti nongol di kelas Vanessa. Entah itu mau pinjam buku, ataupun hanya sekedar ngobrol. Kalau hari lagi panas seperti hari ini, Vanessa males banget pulang, kalau matahari udah mau kembali ke peraduan (ceileh bahsanya, buk...) alias sore hari dia baru pulang. Dan biasanya dia sama Haris menghabiskan waktunya.



Haris masuk ke kelas Vanessa, cewek itu duduk di bangku paling depan. Duduknya sama Stefani.

"Hey.."Haris menepuk pundak Vanessa yang sibuk membereskan bukunya.
"Waaa,,, "Vanessa yang terkejut berteriak.
"Hahaha. Kena lagi kamu."
Vanessa menggerutu nggak jelas. "Ke kantin ,yuk?"
"Ayo, bentar ya aku beresin buku dulu. Gara-gara kamu kagetin jadi berantakan semua."
"Iya,deh maaf. Jangan ngambek dong. Ntar aku traktir di kantin?" Haris mencoba membujuk Vanessa agar nggak ngambek lagi, walaupun dia suka banget wajah Vanessa yang ngambek. Ah apapun situasinya Haris tetap suka.
"Bener?"mata Vanessa membulat membuat Haris jadi makin gemas.
"Iya, dodol." katanya sambil tertawa.
Mereka lalu menuju kantin. Disana masih ramai walau waktu sudah menunjukkan setengah 2 siang.
Ternyata di sana juga banyak guru-guru PPL yang lagi jajan. Hahaha. Kirain udah gede gak pakek acara jajan. Ternyata sama aja.
Arqi yang tahu kalau Vanessa datang langsung melambaikan tangannya. Tapi wajahnya berubah agak suram setelah tahu ada seorang cowok yang datang bareng Vanessa.
Mereka berdua menghampiri Arqi yang sedang menikmati segelas jus jeruk.
"Hey, Mas Qi." sapa Vanessa senang.
"Kamu kok nggak pulang?"
"Iya, masih panas. Ntar sore an dikit. Sekalian masih betah ngobrol di sini bareng temen-temen."jelas Vanessa. "Oh iya, mas. Kenalin ini sahabatku, namanya Haris." pipi Vanessa memerah.
"Halo."sapa Arqi, ada sedikit aura membunuh di sekelilingnya(hiii,,,,serem!!).
"Halo, Mas."balas Haris. Dia sedikit heran, guru Pl yang satu ini membuatnya merinding disko.
Vanessa pamit mau ngumpul sama temen-temennya sebelum akhirnya meninggalkan Arqi.

"Itu siapa, Sa ? Kok serem banget auranya, bikin aku merinding disko." Haris merinding.
"Hahaha. Itu Mas Arqi,Ris. Tetanggaku, dulu waktu masih kecil temen mainku."jelas Vanessa. Pipinya bersemu merah saat menceritakan Arqi.(Ceileh,,,)
"Oh."
"Eh iya katanya mau traktir aku?"
"Oh iya sih. Maaf aku lupa."Haris nyengir. Vanessa malah menjitak kepala Haris. "Aduh sakit tahu." dia mengaduh sambil mengelus rambutnya yang sebenarnya tidak sakit.
"Rasain, makanya jangan pernah macem-macem ya." Vanessa nyengir kuda.
"Eh udah ,Ris. Jadian aja sama Vanessa."tiba-tiba Tara nyeletuk.
"What?" Haris melongo.
"Ya ampun, aku bilang kalian jadian aja." kata Tara sambil memakan kripik maichi nya.
"Sembarangan ni,orang kalau ngomong." kata Haris sengit.
"Lho, kan emang dari dulu kalian deket banget. Kenapa dari dulu cuma teman? Kenapa nggak sekalian pacar?" dengan polos dan tanpa rasa berdosa sama sekali.
"Iya, bener itu. Hahaha.' Stefani yang dari tadi diem aja ikut ambil bagian.
Muka Haris merah kayak kepiting rebus(lho bukannya kepiting rebus itu warnanya lebih ke orange ya daripada merah).
"Ciyeee..."teriak anak-anak.
Tapi tetap saja Vanessa hanya menganggap mereka bercanda. Memang sih banyak yang mempertanyakan kedekatan mereka lebih dari sahabat. Tetapi perasaan sayang Vanessa ke Haris hanya sekedar cinta kepada seorang kakak dan sahabat. Tidak pernah ada cinta yang lain untuk Haris.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore tinggal Vanessa dan Haris yang tinggal di kantin. Semuanya udah pada pulang. Akhirnya Vanessa bosen juga lama-lama di situ.
"Pulang yuk, Ris?"ajak Vanessa.
"Ayo, kamu ambil sepeda gunungmu, aku ambil sepeda motorku di lapangan ya?"
"Oke,deh."

Biassanya kalau pulang mereka selalu berdua selalu bareng, walau jenis kendaraan mereka bertolak belakang. Tetap saja mereka bareng. Tapi tiba-tiba aja HP di saku Haris bergetar. Ada telepon dari mamanya.

"Halo ,Ma?"
"Haris, kamu kok belum pulang-pulang,le?"tanya Mama Haris di seberang telepon.
"Iya nih, tadi masih ngumpul sama temen-temen."
"Aduh, pokoknya kamu cepet pulang. Penting banget, kalo kamu gak pulang dalam waktu 10 menit,Mama cabut uang jajan kamu sebulan."
"Lho,jangan ,Ma!"Haris histeris. Gimana nggak histeris coba? Kalau kalian diancam kayak gitu pasti juga ngeri ,kan?
"Ya udah cepetan!"
"Tapi,Ma." belum sempat Haris ngajukan keringanan mamanya udah main tutup telepon.
Akhirnya Haris harus pulang cepet dan nggak bisa nemenin Vanessa pulang.

'Ayo,Ris.!!" dari jauh terlihat Vanessa melambaikan tangannya.
"Aduh, sorry dorry mory baby strawberry, Sa. Aku kudu cepet pulang. Aku nggak tahu kenapa, Mama nyuruh aku cepet pulang. Kalau nggak gitu dipotong deh uang saku ku." wajah Haris tampak lesu.
"Ya udah, nggak apa-apa. Kamu pulang duluan aja."kata Vanessa sambil tersenyum. Setelah pamit. Haris memacu motornya.
"Yah pulang sendiri deh." dia berbicara pada dirinya sendiri.
"Enggak kok." sebuah suara merdu mengejutkan Vanessa.
Jantung Vanessa bergemuruh(emang ada Tsunami?)/. Itu kan suara Arqi.
"Eh.. Oh.. Iya" Vanessa gugup banget.
"Ayo pulang? Mas tadi berangkat sama teman. Tapi anaknya ada urusan mendadak jadi aku pulangnya sama kamu aja. Nggak apa-apa,kan?"
"Enggak apa-apa,Mas." Ih,aku malah lebih seneng kalau bareng kamu, batin Vanessa.
"Ya udah, sini sepedanya." Arqi lalu mengambil sepeda itu dari tangan Vanessa.
"Lho, aku duduk mana,Mas? Kan itu sepeda gunung?" Vanessa panik.
"Ya duduk di sini." kata Arqi sambil menunjuk ke arah top tube sepeda gunung.
"Hah?" Vanessa cuma bsa bilang gitu. Gimana dia nggak shock? Itu kan kayak adegan di film-film yang cintrong-cintrong(baca: Cinta)?
"Iya,udah ayo cepetan."
Lalu tanpa diduga-duga, tangan Arqi mendudukkan Vanessa ke top tube sepeda dengan mudahnya(ya iyalah, ibarat matematika, badan Arqi lebih besar 2kali badan Vanessa, jadi gampang dong Arqi ngangkat orang seenaknya? Lho? Oke lanjut!

Karena kaget, dan kesenengan juga. Dia diem aja, hehehe. Lalu mereka melaju menuju rumah. Sepanjang jalan Vanessa udah bisa beradaptasi berdekatan dengan Arqi.
"Besok bareng lagi,ya?"
"Iya, boleh-boleh. Tapi Mas Qi bawa sepeda sendiri ya?" ujar Vanessa.
"Emang  kenapa?"
"Ya kan malu sama temen-temen ,Mas."
"Hahaha. Ya bilang aja lagi pedekate." ucap Arqi enteng.
"Apaan?" gerutu Vanessa. Padahal dalam hati seneng banget.
Nggak pernah Vanessa senang seperti ini. Dibonceng depan kayak di film-film yang biasa dia lihat. Romantis. Batin Vanessa.
"Ferdy belum pulang ya?"
"Belum, Mas. Hari Minggu ini mungkin."
"Ntar kamu ada acara atau les?"
"Nggak sih, Mas? Ada apa?"tanya Vanessa. Aduh mau ngajak keluar ya?
"Nggak entar mau main aja kerumahmu. Kan kalau nggak ada kamu atau Ferdy jadi kerasa garing."jelas Arqi.
"Oh, nggak kok. Kalau malam aku mesti dirumah."
"Ya udah ntar aku mau main."
Pembicaraaan mereka terhenti ketika mereka udah sampai di rumah.
Arqi menghentikan sepedanya di depan rumah Vanessa. Lalu Arqi pamit pulang dulu ke rumahnya sendiri yang berjarak kurang dari 5 langkah(kok kayak lagu?).
Masuk ke rumah Vanessa senyum-senyum sendiri, hari ini adalah hari yang paling membahagiakan. Dia bisa pulang bareng Arqi dan menurutnya itu romantis sekali. Tapi apakah Arqi punya rasa yang sama dengannya?

bersambung...




No comments:

Post a Comment