Biasanya setelah upacara ada waktu senggang sekitar setengah jam. Karena pada saat itu guru-guru lagi ada pembinaan. Entah apa yang mereka bicarakan, rata-rata murid SMA 3 nggak mau tahu. Vanessa kelas XI IPS 1 kelasnya berada di pojok sekolah, sungguh kelas yang amat terpencil. Apalagi kelasnya deket sama kantor guru, jadi rame sedikit bisa-bisa dikeroyok guru-guru. Heheheh.. Dan Vanessa paling benci kalau kelasnya dekat kantor guru. Tapi berbeda kali ini. Dia bersyukur sama Allah karena ruang guru sekarang gak cuma diisi sama guru made in 60-an(alias bapak-bapak/ibu-ibu .. he.hehe)tapi juga guru-guru PPL. Jelas Vanessa exiting banget lah.
Vanessa dan Stefani lagi duduk-duduk di depan kelas sambil mengamati lapangan SMA 3 yang super duper sempit, heheheh. Lapangan masih dihiasi anak-anak osis yang sibuk membereskan perlengkapan upacara tadi. Sebelah kelasnya adalah gudang peralatan olahraga, lalu sebelahnya lagi kantor guru. Alhasil kalau rame mereka bakal dapat peringatan.
"Sa, ke kopsis (koperasi siswa),yuk?"ajak Stefani.
"Ayo. Memang mau beli apa?"
"Eh.. Buku, eh iya buku. Ayo cepetan, ntar keburu bel masuk jam pertama." Stefani menarik tangan Vanessa.
"Iya...Iya. Sabar dikit atuh, Non!"kata Vanessa sebal.
Stefani tak menghiraukan Vanessa yang marah-marah. Dia malah makin keras menarik Vanessa dan berlari. Sepertinya ada udang di balik batu.
Sesampainya di kopsis Stefani nggak langsung beli buku yang seperti dia bilang tadi, tapi malah ngeluyur ke kelas di sebelah kopsis. Ke XI IPA 2. Lho ngapain ,ya? Vanessa jadi bertanya-tanya.
"Lho,katanya tadi ke kopsis mau beli buku, kok kamu malah ngeluyur ke XI IPA 2,sih?"Vanessa terheran-heran.
"Hehehe, maaf ya. Sebenarnya itu alasan aja kok. Habis aku malu." wajah Stefani bersemu merah.
"Kalau mau ke IPA 2,sih bilang aja. Kenapa harus malu?" Vanessa tambah bingung. Aduh walaupun cerobohnya ilang, dodolnya masih nempel. Jelas ada seseorang di IPA 2 yang membuat Stefani sampai bohong dan mukanya bersemu merah kayak bunga mawar.
"Ya ampun, Sa. Nggak ilang ya dodol kamu." lalu Stefani berjalan mendekati seorang cowok. Ternyata cowok itu adalah Alvin, Ketua PA SMA 3.
Vanessa memperhatikan mereka berdua, lama sekali sampai akhirnya dia menyadari(aduh kok nggak dari tadi sih...???) ada sesuatu antara Alvin & Stefani. Tiba-tiba aja pundaknya ditepuk seseorang, ternyata itu Haris.
"WAAAA..."teriak Vanessa kaget.
"Hahaha.. " Haris tertawa terpingkal-pingkal karena aksi jahilnya berhasil.
"Sialan,kamu."dengus Vanessa.
"Maaf-maaf. Aku kan cuma bercanda." Haris masih saja tertawa. Nggak sepenuhnya aksi jahilnya itu atas dasar iseng belaka. Dia suka lihat ekspresi Vanessa saat sedang ngambek seperti ini, terlihat seperti anak-anak umur 11 tahun, manis dan menggemaskan, walaupun Vanessa tidak secantik artis-artis di TV, tetapi wajah innocent dan baby face nya itu yang buat Haris seneng banget menggoda Vanessa.
"Huuu,,"ejek Vanessa. "By the way anyway bus way in the way, Stef sama Alvin pacaran, Ris?"
"Nggak tahu juga ya."Haris masih cengar-cengir.
"Lho, kamu ini gimana sih? Kamu kan satu kelas sama Alvin? Seharusnya kamu tahu lah."
"Emang aku siapanya Alvin sampai harus tahu dia pacaran sama siapa?"
"Ih, Haris nyebelin." Vanessa gondok lagi.
"Hehehe.. Nih cewek tukang ngambek. Hati-hati cepet tua lho,Sa." Haris terkikik geli. Yang diketawain tambah mendung mukanya.
"Biarin!"balas Vanessa sewot.
Bel masuk jam pertama berbunyi. Stefani yang enggan berpisah dengan Alvin mukanya juga mulai mendung gerimis, gak rela pisah sama Alvin.
Lalu mereka kembali ke kelas masing-masing. Sepanjang perjalanan balik ke kelas Vanessa menginterogasi Stefani. Dengan semangat 45x2+10=100 Stefani bercerita dari awal mula dia deket sama Alvin hingga akhirnya jadian seperti sekarang.
Di kelas ternya sudah ada Bu Budi guru kesenian yang galak, untungnya mereka diperbolehkan masuk.
Vanessa cepat-cepat mengeluarkan alat gambarnya dan menggambar sesuai instruksi Bu Budi.
***
Arqi mulai bosan mendengar ceramah kepala sekolah SMA 3 yang super boring. Dia pinginnya langsung kasih instruksi to the point aja, nggak usah bertele-tele seperti ini. Akhirnya Arqi jadi mengantuk, iseng-iseng dia membuka HP lalu mengetikan beberapa kalimat dan dikirimnya ke nomer HP Vanessa. Ingat Vanessa rasa kantuk Arqi jadi hilang.
Vanessa adalah adik sahabat Arqi, Ferdy. Karena sering banget main ke rumah Ferdy, dia jadi akrab juga sama Vanesaa. Dulu waktu mereka masih kecil, Vanessa sering banget membuat Ferdy kesal, gara-gara nggak diajak main ke luar sama kakanya, jadi dia terus saja jahil ke Ferdy sampai anak itu nyerah dan mengajak adiknya itu ikut main keluar bareng dia dan Ferdy. Dan biasanya kalau Vanessa udah main keluar, dan Ferdy lengah sedikit saja, Vanessa pasti sudah hilang, mereka berdua pula yang bertugas mencari bocah kecil berusia 7 tahun itu putar-putar kompleks, bahkan sampai ke kompleks seberang.
Yang bisa menemukan Vanessa ya cuma Arqi. Pernah waktu Vanessa hilang, Ferdy udah mulai frustasi, karena hari menjelang Maghrib. Arqi mencari lebih teliti lagi, akhirnya mereka berpencar. Arqi berputar-putar di kolam ikan lele dibelakang kompleks mereka. Dia melihat seorang anak kecil memakai baju power ranger warna kuning. Dan tentu saja dia sedang menangis. Arqi mendekatinya perlahan, dia lalu duduk disebelahnya.
"Kamu jangan nangis donk."kata Arqi lembut.
"Lho, Mas Qi bisa nemuin aku lagi?"
"Ya bisa lah, ayo pulang."ajak Arqi.
"Nggak mau, lutut Vanessa sakit." kata Vanessa menunjuk lututnya yg berdarah.
"Hm, sini , kamu naik ke punggung Mas ." perintah Arqi lalu dia berjongkok di depan Vanessa. Dia ragu-ragu. Tapi lambat laun dia merangkulkan lengannya ke leher Arqi. Dengan perlahan Arqi bangun dan menggendong Vanessa pulang. Saat itulah Arqi menyadari ada perasaan berbeda ketika dia bersama Vanessa. Entah apa itu, Arqi tidak memperdulikannya karena dia masih berusia 11 tahun saat itu.
bersambung....
Vanessa dan Stefani lagi duduk-duduk di depan kelas sambil mengamati lapangan SMA 3 yang super duper sempit, heheheh. Lapangan masih dihiasi anak-anak osis yang sibuk membereskan perlengkapan upacara tadi. Sebelah kelasnya adalah gudang peralatan olahraga, lalu sebelahnya lagi kantor guru. Alhasil kalau rame mereka bakal dapat peringatan.
"Sa, ke kopsis (koperasi siswa),yuk?"ajak Stefani.
"Ayo. Memang mau beli apa?"
"Eh.. Buku, eh iya buku. Ayo cepetan, ntar keburu bel masuk jam pertama." Stefani menarik tangan Vanessa.
"Iya...Iya. Sabar dikit atuh, Non!"kata Vanessa sebal.
Stefani tak menghiraukan Vanessa yang marah-marah. Dia malah makin keras menarik Vanessa dan berlari. Sepertinya ada udang di balik batu.
Sesampainya di kopsis Stefani nggak langsung beli buku yang seperti dia bilang tadi, tapi malah ngeluyur ke kelas di sebelah kopsis. Ke XI IPA 2. Lho ngapain ,ya? Vanessa jadi bertanya-tanya.
"Lho,katanya tadi ke kopsis mau beli buku, kok kamu malah ngeluyur ke XI IPA 2,sih?"Vanessa terheran-heran.
"Hehehe, maaf ya. Sebenarnya itu alasan aja kok. Habis aku malu." wajah Stefani bersemu merah.
"Kalau mau ke IPA 2,sih bilang aja. Kenapa harus malu?" Vanessa tambah bingung. Aduh walaupun cerobohnya ilang, dodolnya masih nempel. Jelas ada seseorang di IPA 2 yang membuat Stefani sampai bohong dan mukanya bersemu merah kayak bunga mawar.
"Ya ampun, Sa. Nggak ilang ya dodol kamu." lalu Stefani berjalan mendekati seorang cowok. Ternyata cowok itu adalah Alvin, Ketua PA SMA 3.
Vanessa memperhatikan mereka berdua, lama sekali sampai akhirnya dia menyadari(aduh kok nggak dari tadi sih...???) ada sesuatu antara Alvin & Stefani. Tiba-tiba aja pundaknya ditepuk seseorang, ternyata itu Haris.
"WAAAA..."teriak Vanessa kaget.
"Hahaha.. " Haris tertawa terpingkal-pingkal karena aksi jahilnya berhasil.
"Sialan,kamu."dengus Vanessa.
"Maaf-maaf. Aku kan cuma bercanda." Haris masih saja tertawa. Nggak sepenuhnya aksi jahilnya itu atas dasar iseng belaka. Dia suka lihat ekspresi Vanessa saat sedang ngambek seperti ini, terlihat seperti anak-anak umur 11 tahun, manis dan menggemaskan, walaupun Vanessa tidak secantik artis-artis di TV, tetapi wajah innocent dan baby face nya itu yang buat Haris seneng banget menggoda Vanessa.
"Huuu,,"ejek Vanessa. "By the way anyway bus way in the way, Stef sama Alvin pacaran, Ris?"
"Nggak tahu juga ya."Haris masih cengar-cengir.
"Lho, kamu ini gimana sih? Kamu kan satu kelas sama Alvin? Seharusnya kamu tahu lah."
"Emang aku siapanya Alvin sampai harus tahu dia pacaran sama siapa?"
"Ih, Haris nyebelin." Vanessa gondok lagi.
"Hehehe.. Nih cewek tukang ngambek. Hati-hati cepet tua lho,Sa." Haris terkikik geli. Yang diketawain tambah mendung mukanya.
"Biarin!"balas Vanessa sewot.
Bel masuk jam pertama berbunyi. Stefani yang enggan berpisah dengan Alvin mukanya juga mulai mendung gerimis, gak rela pisah sama Alvin.
Lalu mereka kembali ke kelas masing-masing. Sepanjang perjalanan balik ke kelas Vanessa menginterogasi Stefani. Dengan semangat 45x2+10=100 Stefani bercerita dari awal mula dia deket sama Alvin hingga akhirnya jadian seperti sekarang.
Di kelas ternya sudah ada Bu Budi guru kesenian yang galak, untungnya mereka diperbolehkan masuk.
Vanessa cepat-cepat mengeluarkan alat gambarnya dan menggambar sesuai instruksi Bu Budi.
***
Arqi mulai bosan mendengar ceramah kepala sekolah SMA 3 yang super boring. Dia pinginnya langsung kasih instruksi to the point aja, nggak usah bertele-tele seperti ini. Akhirnya Arqi jadi mengantuk, iseng-iseng dia membuka HP lalu mengetikan beberapa kalimat dan dikirimnya ke nomer HP Vanessa. Ingat Vanessa rasa kantuk Arqi jadi hilang.
Vanessa adalah adik sahabat Arqi, Ferdy. Karena sering banget main ke rumah Ferdy, dia jadi akrab juga sama Vanesaa. Dulu waktu mereka masih kecil, Vanessa sering banget membuat Ferdy kesal, gara-gara nggak diajak main ke luar sama kakanya, jadi dia terus saja jahil ke Ferdy sampai anak itu nyerah dan mengajak adiknya itu ikut main keluar bareng dia dan Ferdy. Dan biasanya kalau Vanessa udah main keluar, dan Ferdy lengah sedikit saja, Vanessa pasti sudah hilang, mereka berdua pula yang bertugas mencari bocah kecil berusia 7 tahun itu putar-putar kompleks, bahkan sampai ke kompleks seberang.
Yang bisa menemukan Vanessa ya cuma Arqi. Pernah waktu Vanessa hilang, Ferdy udah mulai frustasi, karena hari menjelang Maghrib. Arqi mencari lebih teliti lagi, akhirnya mereka berpencar. Arqi berputar-putar di kolam ikan lele dibelakang kompleks mereka. Dia melihat seorang anak kecil memakai baju power ranger warna kuning. Dan tentu saja dia sedang menangis. Arqi mendekatinya perlahan, dia lalu duduk disebelahnya.
"Kamu jangan nangis donk."kata Arqi lembut.
"Lho, Mas Qi bisa nemuin aku lagi?"
"Ya bisa lah, ayo pulang."ajak Arqi.
"Nggak mau, lutut Vanessa sakit." kata Vanessa menunjuk lututnya yg berdarah.
"Hm, sini , kamu naik ke punggung Mas ." perintah Arqi lalu dia berjongkok di depan Vanessa. Dia ragu-ragu. Tapi lambat laun dia merangkulkan lengannya ke leher Arqi. Dengan perlahan Arqi bangun dan menggendong Vanessa pulang. Saat itulah Arqi menyadari ada perasaan berbeda ketika dia bersama Vanessa. Entah apa itu, Arqi tidak memperdulikannya karena dia masih berusia 11 tahun saat itu.
bersambung....
No comments:
Post a Comment