“Apaan sih, Lis. Aku kan sudah bilang aku nggak mau pergi ke
double apalah kamu menyebutnya.” Ujar Cinta kepada Lisa. Ia sudah menolak
ajakan Lisa untuk double date sama Dani dan temannya. Tapi Lisa kekeuh ingin
Cinta ikut.
“Ini kesempatan kamu, Cinta!”
“Kesempatan apa? Kesempatan kamu deketin aku ke anak
laki-laki?”
“Iya, kenapa?” Lisa berteriak, nada suaranya sangat
menantang.
“Oke, tapi jangan harap rencana kamu berhasil.” Cinta gusar
setengah mati. Ia sebenarnya sangat benci dengan kata ‘cinta’ dalam arti yang
sebenarnya. Sehingga acara kencan ganda merupakan hal yang memuakkan untuknya.
“Benar, Cin?” mata Lisa membulat bersinar bahagia. Dan sebagai
jawaban Cinta hanya menghela nafas.
Cinta sangat tidak percaya dan benci setengah mati dengan
hal yang diagung-agungkan oleh seluruh manusia di dunia ini yaitu ‘Cinta’
padahal itu sama saja dengan namanya. Baginya hal itu sangat memuakkan. Melihat
kawan-kawannya jatuh cinta sebenarnya bukan membuat Cinta iri. Hanya saja ia
muak ketika mereka satuper satu hancur karena cinta itu sendiri. Dan ia jadi
muak. Ia berjanji bahwa ia tidak akan pernah jatuh cinta, karena dia akan hidup
tanpa cinta kecuali dari orang tua, teman, dan Tuhan.
Uijian Akhir Semester sudah berlalu, saatnya para murid
sedikit bersantai melemaskan pikiran mereka sejenak. Dan hari kencan ganda Lisa
sudah akan datang. Cinta menncoba mengabaikannya. Ia sibuk dengan kucingnya. Hari
ini dia harus ke petshop. Katrin, nama kucing kampong Cinta mau dimandikan.
“Mbak, temenin aku.”
“Kemana, Cin?”
“Ke petshop, Katrin mau mandi.”
“Ayo!” seru Mbak Ve. Atau Mbak Love. Ia mengambil sepeda
motor matic dan membonceng Cinta yang membawa keranjang berisi Katrin. Cinta
punya tenaga ekstra agar Katrin tidak meloncat keluar dari keranjang saat di
jalan.
Sesampainya di petshop Cinta disambut oleh seorang anak
perempuan seusianya(18 tahun) , namanya Nimas. Cinta akrab dengan ‘’hairstyle”
kucing yang satu ini. “Eh, Cinta, Mbak Ve, sama si Katrin. Mau mandiin Katrin
ya?”
“Iya nih, Nim. Yang mandi kutu ya.” Ujar Cinta.
“Sipp, tunggu di luar ya. Sini Katrinnya.” Cinta menyerahkan
Katrin kepada Nimas. Ia dan Mbak Ve kemudian ke bagian depan petshop itu. Ruang
tunggunya lumayan nyaman.
“Mbak ada perlu sebentar dekat-dekat sini. Kamu mau ikut?”
“Nggak deh mbak, aku di sini aja sambil baca komik.”
Mbak Ve pergi, sedangkan Cinta terhanyut dalam petualangan
Detektif Cona. Hngga ia tidak sadar bahwa ada sepasang mata yang hitam sedang
mengawasinya. Hingga sang pemilik mata hitam nan indah itu menyapa Cinta.
“Aku lihat kamu sangat terhanyut dalam cerita itu.”
Cinta menengadahkan kepalanya kea rah suara itu, merasa
terusik dengan ketentramannya membaca. “Memang kenapa?” nada suara sangat
ketus. Benteng pertahanan Cinta dari anak laki-laki dimanapun ia berada.
“Aku kebetulan juga menyukai komik itu.”
Cinta menaikkan alisnya, meminta penjelasan lebih dan siapa
orang asing yang agak lumayan cakep sekali. “Oh iya, aku Haris. Kebetulan aku
pengelola petshop ini.” Ia mengulurkan tangannya, sehingga Cinta juga membalas
uluran tangan itu.
“Cinta, aku pelanggan tetap di sini. Kamu otaku juga?”
“Ya, khusus untuk Conan saja.” Ia tergelak.
Mereka kemudian hanyut dalam pembicaraan yang seru, ternyata
Haris sangat konyol walaupun penampilannya cool abis. Hingga tak terasa sudah jam setengah 5 sore.
Nimas datang membawa Katrin yang sudah cantik dan harum shampoo
kucing. Sudah kinclong untuk ukuran kucing kampong. Warna Katrin sangat unik,
abu-abu dengan mata biru pucat. “Ini mbak , Katrin udah selesai. Eh, Pak Haris,
tumben kesini?”
“Heehehe, sudah kubilang panggil saja Haris. Aku kan belum
setua itu, Nim.” Ujar Haris sambil tertawa.
Dan pada saat itulah, saat Cinta menggendong Katrin, melihat
Haris tertawa renyah, dengan ketampanannya yang wow. Cinta jatuh cinta.
Kemudia Cinta menelpon Mbak Ve, minta dijemput. “Aku tunggu
di luar ya, Ris.”
“Mau pulang, Cinta? Aku antar sampai rumah kamu ya?”
“Nggak usah, aku udah dijemput kakak.”
“Ya aku temani sampai depan gerbang saja.” Sekilas ia
melihat Haris mengedipkan matanya. Ya Tuhan, dia sudah berjanji tidak akan
jatuh cinta. Tapi dia Cinta yang membenci cinta sedang jatuh cinta.
Cinta hanya mengangguk sambil memasukka Katrin ke dalam
keranjang. Haris mengimbangi langkah Cinta. “Kapan-kapan boleh aku yang ke
rumahmu?”
“Eh,,, boleh kok.” Ujar Cinta agak gugup. Biasanya ia tidak
pernah seperti ini sebelumnya. Ia kena karma kelihatannya. Terlalu meremehkan
kekuatan Tuhan.
Tak lama Mbak Ve datang. “Aku pulang ya, Ris. “
“Iya, sampai ketemu.” Ujar Haris sambil tersenyum memamerkan
giginya yang sempurna.
‘Eh. Iya sampai ketemu.” Ujar Cinta gugup. Ia cepat-cepat
pergi sebelum perasaannya jadi lebih kacau lagi.
“Akhirnya Haris keluar dari ruang gelapnya.” Ujar Nimas
penuh arti.
“Aku akan membalasnya, Nim. Karena dia sudah berani
membuatku jatuh cinta.”
“Sudah berapa lama kau bersembunyi, Kak? Kau jatuh cint a
padanya selama bertahun-tahun dan ketika kau menemuinya hanya itu reaksinya?”
“Aku yakin, aku mampu membuat Cinta jatuh cinta.” Haris berjanji
dalam hatinya.
Akhirnya hari dimana kencan ganda itu tiba. Cinta hanya
mengenakan gaun santai berwarna biru kehijauan. Sedangkan Lisa mengenakan gaun
berwarna merah jambu.
Tak lama kemudian mobil Dani berhenti di depan rumah Cinta. Ia
sudah minta ijin ke orang tuanya bakalan pergi sama Lisa dan Dani. Ia duduk di
kursi belakang. Sedangkan Lisa dan Dani di depan. Itu terlihat seperti Cinta
adalah anak sementara Lisa dan Dani seperti ayah dan ibu.
Mereka sampai di sebuah rumah yang besar, seperti di film
James Bond, piker Cinta. Ia benar-benar tidk berminat. Apalagi setelah bertemu
Haris. Menyadari dia mulai jatuh cinta, ia semakin membenci dirinya sendiri.
Pintu gerbang itu terbuka secara otomatis. “Aku piker kita
akan ke restoran.” Ucap Cinta.
“Ruang makannya lebih bagus daripada restoran bintang lima
sekalipun.” Dani menyahuti ucapan Cinta.
Mereka berhenti di depan pintu, disambut oleh 5 orang
pelayan berseragam sama. Wow, kaya sekali orang ini piker Cinta. Ia tidak tahu
kejutan besar akan ia terima mala mini. Yang akan menjungkir balikan hidupnya
yang nyaman.
Mereka dipersilahakan ke halaman belakang. Di sana ada kolam
renang dikelilingi taman yang indah dengan lampu yang redup. Sangat romantis.
“Silahkan duduk, Tuan dan Nona.” Ujar seoran pelayan lelaki
berusia 6o tahunan.
Mereka menuruti instruksi yang kelihatannya kepala pelayan
itu. Duduk dengan gelisah menanti sang tuan rumah. Lisa agak pendiam malam itu,
ia hanya tersenyum bahagia penuh arti.
“Tuan Ferdy akan hadir beberapa saat lagi, harap bersabr
menunggu.”
Agak lama kemudian seorang berpakain formal dengan rambut
cokelat dan mata hitam legam tapi indah membuat Cinta terpaku. “Haris..”
“Halo sayang, kita bertemu lagi. Aku rasa ini pertemuan yang
entah sudah keberapa kali.” Ia tersenyum penuh arti.
Cinta sangat bingung, apa maksud perkataannya? Bukannya ini
pertemuan kedua mereka?
“Ah, terima kasih sahabt-sahabatku telah mengajak belahan
jiwaku kemari.” Ia tersenyum lalu menundukkan wajahnya kea rah Cinta. Mengecup lembut
bibirnya.
No comments:
Post a Comment